Telah saya putuskan bahwa setelah lulus, saya akan “mengadu” nasib untuk menjadi seorang entrepreneur. Untuk profesi yang satu ini, kita kadang menyebutnya dengan pedagang atau bisnisman atau pengusaha atau sebutan-sebutan yang lainnya. Yang manapun Anda dan saya menyebutnya, yang jelas, pekerjaan yang ingin saya lakoni setelah lulus kuliah adalah pekerjaan yang tidak bergantung pada perusahaan orang lain. Saya ingin membangun perusahaan saya sendiri.
Sebenarnya, kalo mau dilihat berdasarkan kaca mata penglihatan saya serta atas dasar fakta-fakta yang ada di lapangan, kebanyakan lulusan UI (termasuk juga lulusan Matematika UI), setelah lulus kuliah, lebih memilih untuk bekerja di perusahaan yang tersebar di kota-kota besar yang ada di Indonesia khususnya di Jakarta ini. Baik itu di perusahaan swasta ataupun negeri. Saya tidak ingin dan mudah-mudahan tidak pernah merendahkan ataupun menghina pilihan teman-teman saya itu. Tapi yang jelas, setelah lulus kuliah, kebanyakan kita lebih memilih untuk mencari tempat aman untuk menghasilkan duit. Bahkan saking bergairahnya kita untuk mencari pekerjaan, banyak di antara kita yang meski belum lulus kuliah, ngebela-belain untuk test sana test sini, ngelamar sana ngelamar sini. Alasannya jelas: “Biar nanti setelah lulus langsung punya kerjaan”. Banyak lho teman-teman saya yang sudah mulai curi-curi start agar secepatnya dapet kerjaan. Tidak ada yang salah dengan hal ini dan saya pun tak pernah melarangnya. Saya hanya sering mendoakan, “Semoga sukses”.
Mungkin ada di antara teman-teman sekalian yang lantas bertanya, “Apa alasan saya banting setir ke dunia bisnis?”. Jika memang ada pertanyaan seperti itu, maka saya ingin sedikit menjabarkan alasan-alasannya. Berikut alasan-alasannya mengapa saya hendak menjadi seorang entrepreneur:
Pertama, kenyataan bahwa hampir semua orang-orang terkaya yang pernah hidup dan menempati ruang waktu sejarah dunia ini adalah seorang pengusaha atau pedagang atau entrepreneur atau bisnisman. Untuk hal ini, silakan rekan-rekan teliti satu persatu nama-nama orang terkaya di dunia. Apa pekerjaan mereka? Jawabannya satu: mereka adalah pedagang.
Kedua, hadits yang mengatakan bahwa “9 dari 10 pintu rezeki ada di perniagaan”. Atau hadits lain yang mengatakan “Pintu rezeki ada 20, 19 diantaranya melalui berdagang”. Lah kalo emang jelas rezeki itu paling banyak dari perniagaan/perdagangan, petanyaannya: “Ngapain kita cari tempat lain?”.
Ketiga, keharusan bahwa orang Islam musti kaya. Ini bukan parsial masalah agama. Tapi ada alasan tertentu yang mengharuskan mengapa orang Islam harus kaya. Saya meyakini bahwa ketika kekayaan itu ada di tangan orang-orang Islam yang benar-benar shalih (bukan sekadar Islam KTP), maka perputaran duitnya, insyaAllah semuanya adalah untuk hal-hal yang baik. Pun sebaliknya kalo kekayaan itu dimiliki oleh orang-orang kafir, pasti larinya pada hal-hal yang berbau maksiat. Jadi jelas toh mengapa kita harus kaya. (*Maaf udah ngomongin yang satu ini disaat saya belum merasa kaya secara materi. Hanya untuk sharing. Mohon doanya biar saya jadi orang kaya raya dan bisa menginfakkan seluruh harta saya untuk kebaikan di jalan Allah. Seperti ceritera menggumkan para sahabat nabi yang mau, berani dan ikhlas menginfakkan seluruh hartanya untuk dakwah nabi pada saat itu. Amin).
Keempat, kenyataan bahwa saya tidak berhasrat lagi untuk menjadi seorang ilmuwan ataupun saintis. Hahahaha. SMA memang saya sangat ingin menjadi seorang ilmuwan khususnya matematikawan besar. Tapi setelah kuliah dan merasakan seperti apa matematika itu, akhirnya saya memutuskan untuk “gantung sepatu” dari dunia matematika tingkat advance. Palingan saya masih akan terus bergelut untuk matematika setingkat di bawah kuliah. Karena bisnis awal yang saya geluti itu di bidang ini. Di bidang pendidikan.
Kelima, saya sudah “teracuni” oleh tulisan-tulisan Anis Matta tentang uang dan buku-bukunya Robert T. Kiyosaki (The Cashflow Quadrant, Rich Dan and Poor Dad, dll). Teman-teman baca aja de ya sendiri. Temukan inspirasi di sana. Have fun!!
Keenam, proyek-proyek besar dakwah kita, dakwah Islam, tidak akan jalan tanpa dooooiiiitttt. Yes?
Ketujuh, hidup akan lebih bahagia jika bisa menjadi orang kaya raya. Memang sering ada orang bilang: “Hidup gak perlu kaya. Biar miskin yang penting bahagia”. Tapi saya mau bilang, “Saya mau kaya raya dan bahagia”. Boleh kan mau kedua-duanya? Hahahaha.
Kedelapan, jujur saya tidak suka disuruh-suruh orang. Saya juga tidak terlalu suka dengan segala tetek bengek urusan birokrat, struktur, pangkat, jabatan dan lain sebagainya. Makanya saya lebih memilih menjadi seorang entrepreneur biar bisa lebih leluasa bergerak, beraksi, berkarya, serta melakukan segala macam inovasi dan kreativitas. Saya tidak mengatakan bahwa jika kita bekerja di perusahaan orang lain, maka kita tidak akan memperoleh banyak hal. Tidak. Sekali lagi tidak. Tapi saya meyakini bahwa dunia entrepreneur adalah dunia untuk kita memperoleh segala macam hal yang boleh kita sebut sebagai dunia penuh kedinamisan dan tantangan. Sungguh menggairahkan, bukan?
Kesembilan, impian-impian saya itu ada tiga (bolehkan bermimpi?) yaitu: Jadi NEGARAWAN ULUNG, PENGUSAHA SUKSES, serta PENULIS HEBAT. Amin. Nah terkait dengan menulis, saya kan telah berkomitmen untuk menulis seumur hidup, dan saya menyadari bahwa waktu paling produktif dan paling mantebs untuk saya menulis adalah pagi hari. Ba’da subuh sampe dzuhur. Nah kalo saya kerja di perusahaan orang lain, apa bisa saya menulis dari subuh sampe dzuhur? Pasti saya akan sangat sulit untuk bisa menulis di pagi hari kalo saya bekerja di tempat lain. Karena biasanya orang sudah mulai siap-siap kerja sedari pagi buta dan baru pulang di sore menjelang malam. Tapi kalo saya berbisnis, peluang untuk saya bisa menulis di pagi hari kan lebih besar. Jadi di samping berbisnis yang menghasilkan banyak fulus (amin), ada banyak tulisan yang juga bisa saya buat. Ya gak? Hehehe.
Kesepuluh, saya ingin menghargai kerja keras saya seperti apa adanya. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa ada orang yang bekerja banting tulang di perusahaan orang lain dari pagi sampe ketemu pagi lagi, tapi ia hanya mendapatkan gaji yang kecil. Nah saya tidak ingin seperti itu. Karena di bisnis, meski belum banyak yang saya alami, tapi saya meyakini bahwa kita akan mendapatkan sesuai dengan kerja keras yang kita lakukan. Kalo kita kerja setengah-setengah, ya kita akan mendapatkan hasil yang kecil. Tapi kalo kita bekerja kayak orang “kesurupan”, tentu kita akan dapat hasil yang lebih banyak. Jadi bisnis itu sesuai dengan kualitas dan kuantitas kerja kita.
Kesebelas, bokap saya seorang pedagang sejak dulu. Dan alhamdulillah dari berdagang ini, bisa menghidupi minimal sepuluh orang dalam keluarga saya (8 orang anak serta nyokap dan bokap saya sendiri).
Terlepas nanti kedepannya seperti apa, ini cuma sekedar apa yang ingin saya lakukan ke depannya. Semuanya saya yakini telah diatur sama yang di Atas. Tapi kita sebagai manusia hanya diperintahkan satu hal, bekerja sungguh-sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada agar Allah mengubah hidup kita jadi lebih baik. Kan begitu? Mohon doanya dan mari saling mendoakan agar kita semua bisa merengkuh kesuksesan di masa yang akan datang. Amin.
*Mohon maaf kalo ada kata-kata atau kalimat yang kurang berkenan. Sekali lagi, ini hanya sekadar apa yang ada di pikiran saya berupa sejumput ide dan sedikit curhatan. Salam. Hehehe….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar